Di ketinggian perbukitan di Aceh Gayo, tepatnya di desa Pondok Gajah, Kecamatan Bener Meriah, hiduplah seorang petani kopi bernama Ahmad. Ahmad adalah sosok yang rendah hati dan penuh cinta terhadap tanah kelahirannya. Di tanah yang subur itu, dia membangun kebun kopi dengan biji kopi varietas Abysinia yang diwarisi dari leluhurnya.
Ahmad merawat kebun kopi dengan penuh dedikasi. Setiap pagi, dia membangunkan diri dengan semangat yang membara, siap untuk memberikan perawatan terbaik bagi pohon kopi Abysinia-nya. Dia memberikan nutrisi yang cukup, memastikan tanaman mendapatkan sinar matahari yang tepat, dan menjaga agar serangga dan hama tidak merusak hasil panennya.
Suatu pagi, Ahmad dengan gembira melihat pohon kopi Abysinia yang paling tinggi di kebunnya penuh dengan buah kopi merah yang matang. Buah-buah kopi itu terlihat begitu menggoda dan menjanjikan cita rasa yang luar biasa. Tanaman kopi Abysinia di kebunnya telah memberikan hasil yang melimpah.
Tanpa ragu, Ahmad memanggil para pekerja untuk memetik buah kopi. Bersama-sama, mereka bekerja dengan teliti dan hati-hati memilih buah-buah kopi terbaik. Setelah memetik, buah kopi diangkut ke tempat pengolahan kopi di desa terdekat.
Di sana, proses pengolahan kopi dimulai. Kulit buah kopi diupas dengan hati-hati untuk mengungkapkan biji kopi yang tersembunyi di dalamnya. Biji kopi yang telah terbebas dari kulitnya kemudian ditempatkan dalam tempat fermentasi untuk menjalani proses pembersihan dan pengembangan rasa yang lebih baik.
Setelah proses fermentasi selesai, biji kopi Abysinia disemprotkan dengan air dan kemudian dijemur di bawah sinar matahari yang hangat. Proses pengeringan tersebut berlangsung dengan seksama hingga biji kopi mencapai tingkat kekeringan yang tepat. Ahmad sangat memperhatikan setiap tahap dalam proses pengolahan tersebut, karena dia sadar bahwa kualitas kopi tergantung pada kecermatan dan keahlian dalam setiap langkah.
Setelah biji kopi Abysinia benar-benar kering, Ahmad mengemasnya dengan cermat dalam kantong-kantong kertas yang ramah lingkungan. Dia tahu betul bahwa kopi yang berkualitas perlu dijaga dengan baik sejak saat panen hingga sampai ke tangan para pecinta kopi.
Ahmad menjual kopi gayo Abysinia hasil kebunnya ke pengepul lokal dan juga mengirimkan beberapa kantong kopi ke roastery di kota besar. Kopi gayo Abysinia dari Pondok Gajah, Kecamatan Bener Meriah, semakin mendapatkan pengakuan dan popularitas di dunia kopi. Cita rasa yang khas dan aroma yang memikat
menjadikan kopi tersebut dicari oleh pecinta kopi di berbagai penjuru dunia.
Ahmad merasa bangga melihat bahwa kopi gayo Abysinia dari tanah kelahirannya memperoleh apresiasi yang tinggi. Dia tidak hanya membanggakan dirinya sebagai petani kopi, tetapi juga sebagai duta kecil dari desanya, Pondok Gajah. Keindahan alam dan keunikan biji kopi Abysinia telah menarik minat wisatawan yang ingin merasakan keaslian dan kenikmatan kopi langsung dari sumbernya.
Ahmad berharap bahwa keberhasilannya dalam menghasilkan kopi gayo Abysinia yang berkualitas akan memotivasi petani kopi lainnya di daerah tersebut. Dia ingin melihat masyarakat setempat semakin menghargai dan merawat warisan budaya kopi yang begitu istimewa. Ahmad bermimpi bahwa kebun kopi di Pondok Gajah akan menjadi tempat yang terkenal, menarik para pecinta kopi dari seluruh dunia untuk merasakan nikmatnya kopi gayo Abysinia yang tumbuh di tanah yang subur dan penuh cinta.