Komoditas kopi penanganan secara organik memperoleh respons besar dari pasar ekspor, dimana pesanan calon pembeli dari Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat sudah muncul menjelang musim panen kopi di Jawa Barat tahun 2019 ini. Pesanan tersebut juga muncul kepada panenan kopi organik Gunung Halu di Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat yang kini bersiap masa panen.

Ketua Gabungan Kelompok Tani KSM Preanger Specialty, Desa Mekarwangi, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat, Asep Sukmana, di Sindangkerta, Kamis 25 April 2019, menyebutkan, pesanan kopi organik kepada kelompok tani ini dari ketiga negara tersebut, menunjukan bahwa pasar kopi organik memang sangat diminati pada pasar ekspor. Pesanan tersebut muncul dari Shanghai (Tiongkok), Jepang, dan Amerika Serikat dimana peminat kopi organik pada ketiga negara itu sangat besar.

Hanya saja, katanya, para calon pembeli tersebut mensyaratkan adanya sertifikat organik yang dimiliki kelompok tani yang mengusahakannya. Khusus di Gapoktan KSM Preanger Specialty ini, juga sedang menunggu pemberian sertifikat organik dari lembaga terkait, untuk memuluskan pasar ekspor ke Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat itu melalui perusahaan eksportirnya.

Di Kecamatan Sindangkerta terdapat areal khusus tanaman kopi organik yang merupakan binaan Balai Perlindungan Perkebunan (BPP) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. Diketahui, pembinaan dan pengembangan produksi kopi organik di Kecamatan Sindangkerta itu sudah dilakukan sejak dua tahun terakhir, dimana arealnya kebanyakan berada pada kawasan hutan lindung Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Bandung Selatan.

Menurut Asep Sukmana, walau tanaman-tanaman kopi organik di kelompoknya baru panen pada musim tahun 2019 ini, namun pesanan dalam jumlah banyak sudah menanti. Untuk sementara, harga beli gelondongan kepada para petani kopi organik masih disamakan dengan kopi umumnya pada panen sekarang yaitu Rp 10.000/kg, namun jika produk kopinya sudah terjual kepada pembeli maka petaninya akan menerima lagi selisih harga lebih karena kopi organik harganya lebih tinggi.

Areal tanaman kopi organik di Desa Mekarwangi, Kecamatan Sindangkerta tersebut, siang harinya dikunjungi Direktur Perlindungan Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Dudi Gunadi, dan Kepala Balai Perlindungan Perkebunan (BPP) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Dede Wahyu. Kehadiran mereka diantaranya terkait upaya sertifikasi organik, dimana di lapangan juga terdapat tenaga asesor urusan kopi organik.

Petugas lapangan BPP Dinas Perkebunan Jawa Barat selaku pembimbing kopi organik di KSM Preanger Specialty, di Kecamatan Sindangkerta tersebut, Yuda Muhammad Zaelani menyebutkan, untuk memotivasi dan memacu usaha kopi secara organik, para petani pun dibiasakan untuk rajin melakukan pencatatan analisis usaha. Nantinya para petani dapat mengetahui secara jelas hitung-hitungan hasil usaha, karena selama ini para petani umumnya hanya berdasarkan taksiran.

Sumber:
Baru Dipanen, Kopi Organik Gununghalu Banyak yang Pesan

One thought on “Kopi Gunung Halu, baru panen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *